Waktu Kita Masih Punya Waktu



SMP adalah masa paling berharga dalam hidupku—dan aku nggak bilang ini karena sekadar nostalgia. Tapi karena di masa itu, aku merasa utuh.

Aku nggak punya tekanan berlebihan soal akademik, tapi aku tetap bisa jadi juara kelas. Lucunya, circle terdekatku justru bukan dari kalangan anak-anak ambis. Mereka bahkan bukan langganan 10 besar. Tapi mereka adalah versi terbaik dari teman: tulus, ringan, dan selalu ada.

Kami berenam. Dan walau setiap tahun kelas kami diacak, hanya satu atau dua orang dari kami yang pernah sekelas bareng lagi. Tapi itu nggak pernah jadi alasan buat jauh.

Setiap jam istirahat, kami tetap bareng. Pulang sekolah juga. Bahkan kami ikut marcing band bareng selama 3 tahun. Jadi kalau bukan ketemu di kelas, ya di lapangan, di latihan, di jalan pulang, atau di angkot sambil lelah tapi ketawa-tawa.

Kami nggak saling butuh alasan untuk bareng.
Kami cuma... cocok.

Yang lucu adalah: dari semua masa lalu, semua kelompok, semua komunitas yang pernah aku jalanin...
yang masih sering aku temui sampai kuliah lulus... cuma mereka.

Dan sekarang, saat aku jauh dari kota kecil itu, aku sadar — bukan ketemu siapa-siapa yang aku rindukan. Tapi rasa punya orang-orang yang bareng kamu, yang bikin waktu jadi pelan, jadi hangat.

Dulu, kita masih punya waktu.
Dan aku bersyukur, waktu itu... aku punya kalian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini